zmedia

Kerajaan Medang Kamulan: Lokasi, Sumber dan Perkembangannya

Kerajaan Medang Kamulan adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang dipindah oleh Mpu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa.
Gambar. Candi Lor
Kerajaan Medang Kamulan adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang dipindah oleh Mpu Sindok yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa. Pada awalnya, Medang Kamulan merupakan Kerajaan Mataram Kuno yang berkembang di Jawa Tengah. Karena itu, disebut juga kerajaan Medang periode Jawa Timur.

Lokasi Kerajaan Medang Kamulan
Berdasarkan Prasasti Paradah dan Prasasti Anjukladang disebutkan Kerajaan Medang Kamulan berikuta kota di Watugaluh, saat ini berlokasi di desa dekat Jombang tep aliran Sungai Brantas.

Sumber Kerajaan Medang Kamulan
Sumber sejarah Kerajaan Medang Kamulan dapat ditemukan dalam beberapa prasasti, seperti Prasasti Canggal dan Prasasti Mantyasih. Selain itu, prasasti Paradah dan prasasti Anjuk Ladang yang ditemukan di Jawa Timur juga menjadi sumber sejarah kerajaan ini. Prasasti Tangeran (933 M) yang berasal dari Desa Tangeran, Jombang, juga merupakan sumber sejarah yang penting, karena berisi informasi tentang pemerintahan Mpu Sendok bersama permaisurinya.

Mpu Sindok adalah menantu Raja Wawa, yang pada masa pemerintahan Raja Tulodhong dan Raja Wawa menjabat sebagai mahamantri, jabatan mahamantri merupakan jabatan tinggkat tinggi yang biasanya hanya diisi oleh putra mahkota. la naik takhta pada tahun 929 M dan dianggap sebagai pendiri dinasti baru bernama Dinasti Isana, mengikuti nama raja pertamanya.

Menurut para ahli, pemindahan Kerajaan Mataram (Medang) ke Jawa Timur disebabkan terjadinya letusan Gunung Merapi yang disertai gempa bumi dan hujan material vulkanik yang memorak-porandakan sebagian besar wilayah Jawa Tengah. Faktor lain adalah adanya konflik perebutan takhta di dalam istana. Adanya konflik semacam ini ditunjukkan dalam Prasasti Wanua Tengah III.

Kondisi Sosial-Politik Kerajaan Medang Kamulan
Mpu Sindok memerintah bersama dengan permaisurinya. Beberapa prasasti lainnya menyebutkan pada masa pemerintahannya negara aman dan tenteram. Meskipun menganut Hindu aliran Siwa, ia tetap menaruh toleransi yang besar terhadap agama lain.

Misalnya, ia menganugerahkan Desa Wanjang sebagal hadiah kepada seorang pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana, yang telah berjasa menulis kitab Buddha aliran Tantrayana berjudul Sang Hyang Kamahayanikan. Dengan demikian, Mpu Sindok memfasilitasi perkembangan agama Buddha Tantrayana, yaitu sinkretisme (percampuran) antara ajaran Buddha dan agama Hindu aliran Siwa.

Penguasa Medang setelah Mpu Sindok adalah (berturut-turut) Sri Isyanatunggawijaya, Sri Makutawangsawardhana, Dharmawangsa (punya saudari bernama Mahendradatta), dan Airlangga. Dharmawangsa pernah menyerang Sriwijaya pada tahun 990 M dan menguasai pesisir pantai Sriwijaya sehingga hubungan Sriwijaya dengan dunia luar terputus.

Tragedi Pralaya Serangan Raja Wurawari dan Berakhirnya Kekuasaan Medang Kamulan
Pada tahun 1016 M, kerajaan ini mengalami pralaya atau malapetaka. Ketika pesta pernikahan antara putri Dharmawangsa Teguh dan Airlangga (hasil pernikahan Mahendradatta dengan Raja Udayana dari Bali) sedang berlangsung, tiba-tiba Kota Watan diserbu Raja Wurawari yang berasal dari Lwaram (sekarang Desa Ngloram, Cepu, Blora), sekutu Kerajaan Sriwijaya. 

Serangan ini mengaibatkan Dharmawangsa dan seluruh anggota keluarga istana tewas, sedangkan Airlangga lolos ke hutan pegunungan (Wanagiri) ditemani pembantu setianya, Mpu Narotama.

Raja Airlangga Mendirikan Kerajaan Kahuripan
Tidak lama kemudian, Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta pada tahun 1019 M dan membangun pusat kerajaan di Kahuripan, Sidoarjo (kelak menjadi cikal bakal kerajaan Janggala dan kerajaan Panjalu). Namun, wilayah kekuasaannya tidak seluas saat mertuanya berkuasa karena sebagian wilayah tidak mau tunduk lagi kepada Airlangga. Dengan demikian, sejak tahun 1025, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring melemahnya Sriwijaya.
Gambar. Airlangga dan Garuda Wisnu Kencana
Langkah pertama yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas Pulau Jawa. Hal ini terwujud pada tahun 1037. Semua wilayah Kerajaan Medang tunduk kepada Airlangga. 

Selanjutnya, ia memberi kedudukan (posisi) kepada setiap orang yang berjasa terhadap kerajaan. Lebih dari itu, ia dikenal sangat memperhatikan rakyat. Selama masa pemerintahannya pun, karya-karya sastra berkembang, di antaranya kitab Arjunawiwaha yang ditulis Mpu Kanwa pada 1035 M.

Agama yang berkembang pada masa pemerintahan Airlangga adalah agama Hindu beraliran Wisnu. Airlangga memang dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu. Pada masa pemerintahannya, berkembang banyak aliran keagamaan, seperti Hindu aliran Siwa dan Buddha. Airlangga menolerir eksistensi semua aliran itu.

Sebelum mengundurkan diri sebagai raja, Airlangga membagi dua kerajaannya kepada dua putranya, yaitu Kerajaan Jenggala kepada Mapanji Garasakan (anak istri kedua Airlangga) dengan ibu kota Kahuripan, dan Kerajaan Panjalu atau Kediri kepada Sri Samarawijaya (putra mahkota) dengan ibu kota Daha. Tindakan tersebut dilakukan untuk menghindari pertumpahan darah karena perebutan takhta. la sendiri kemudian menjadi pertapa dan mangkat pada 1049 Μ. Di pemakamannya di Candi Belahan, ia digambarkan sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung garuda.

Kata Kunci
#Sejarah Indonesia Kelas XI #Sejarah Kerajaan Medang Kamulan #Tragedi Pralaya 

Posting Komentar untuk "Kerajaan Medang Kamulan: Lokasi, Sumber dan Perkembangannya"