Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang dominan di Asia Tenggara pada masa silam, dengan kekuasaan yang mencakup wilayah yang luas di Indonesia dan Malaysia saat ini, serta mempengaruhi daerah-daerah sekitarnya.
Lokasi dan Periode
Kerajaan Sriwijaya berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia. Namun, kekuasaan dan pengaruhnya meluas ke berbagai daerah lain di Asia Tenggara.
Berikut adalah beberapa rincian mengenai lokasi dan jangkauan kekuasaan Sriwijaya:
1. Palembang
Palembang dianggap sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Banyak prasasti dan artefak yang ditemukan di Palembang memberikan bukti kuat mengenai keberadaan dan kejayaan Sriwijaya di sana.
2. Jambi dan Riau
Selain Palembang, kekuasaan Sriwijaya meliputi sebagian besar wilayah Sumatra, termasuk daerah-daerah seperti Jambi dan Riau. Prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah ini menunjukkan bahwa Sriwijaya memiliki kontrol signifikan di wilayah tersebut.
3. Selat Malaka dan Semenanjung Melayu
Sriwijaya menguasai jalur perdagangan penting di Selat Malaka, yang menjadi salah satu rute perdagangan laut tersibuk di dunia pada masa itu. Penguasaan atas Selat Malaka memberikan Sriwijaya keuntungan besar dalam perdagangan internasional.
Pengaruh Sriwijaya juga meluas ke semenanjung Malaya (kini bagian dari Malaysia). Beberapa situs arkeologis dan prasasti di semenanjung Malaya menunjukkan bahwa Sriwijaya memiliki kekuasaan dan pengaruh yang signifikan di wilayah ini.
4. Jawa dan Kalimantan
Sriwijaya memiliki hubungan perdagangan dan mungkin pengaruh politik di beberapa bagian Jawa dan Kalimantan. Prasasti-prasasti tertentu menunjukkan adanya interaksi dan hubungan antara Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di Jawa.
5. Asia Tenggara Lainnya
Selain wilayah-wilayah tersebut, Sriwijaya juga memiliki pengaruh di berbagai bagian lain di Asia Tenggara, termasuk Thailand selatan, Kamboja, dan Filipina bagian barat. Hubungan perdagangan dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di wilayah ini memperluas jangkauan pengaruh Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri sekitar abad ke-7 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 hingga ke-10. Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke-13.
Pendiri Kerajaan Sriwijaya
Pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Informasi tentang Dapunta Hyang Sri Jayanasa ditemukan dalam prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 683 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Palembang, Sumatra Selatan, dan memberikan informasi penting tentang awal mula kerajaan ini.
Menurut prasasti Kedukan Bukit, Dapunta Hyang Sri Jayanasa melakukan sebuah perjalanan suci atau ekspedisi yang disebut dengan istilah "siddhayatra" bersama dengan pasukannya. Ekspedisi ini dianggap sebagai tonggak awal pendirian Kerajaan Sriwijaya dan penyebaran pengaruhnya di wilayah sekitar.
Prasasti Kedukan Bukit mencatat perjalanan Dapunta Hyang bersama 20.000 tentara untuk melakukan ekspedisi yang sukses, yang dianggap sebagai awal mula pembentukan dan ekspansi Kerajaan Sriwijaya.
Budaya dan Keagamaan
Budaya dan agama di Kerajaan Sriwijaya mencerminkan pengaruh berbagai tradisi dan interaksi dengan budaya lain di Asia Tenggara, India, dan Cina.
Sriwijaya dikenal sebagai pusat penting bagi agama Buddha, khususnya aliran Mahayana. Banyak biksu dan sarjana Buddha dari India dan Cina datang ke Sriwijaya untuk belajar dan mengajar. Seperti dalam berita China dikabarkan bernam Yijing (I-tsing), seorang biksu Cina, mengunjungi Sriwijaya pada abad ke-7 dan tinggal di sana selama empat bulan untuk belajar bahasa Sansekerta. Dalam catatannya, Yijing menggambarkan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran Buddhis yang maju dan penting.
Sumber Kerajaan Sriwijaya
Bukti arkeologis Kerajaan Sriwijaya tersebar di berbagai lokasi dan memberikan gambaran tentang kejayaan dan pengaruh kerajaan ini. Berikut adalah beberapa bukti arkeologis utama yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya:
Sumber Prasasti
Bukti utama keberadaan kerajaan Sriwijaya ialah ditemukan beberapa Prasasti dengan huruf Palawa dan berbahasa Melayu Kuno. Berikut ini prasasti yang ditemukan:
1. Prasasti Kedukan Bukit
Lokasi ditemukan di Palembang, dengan isinya menyebutkan Dapunta Hyang Sri Jayanasa dan ekspedisi siddhayatra yang dianggap sebagai pendirian Sriwijaya.
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti ini ditemukan juga di Palembang, yang berisi menjelaskan pendirian sebuah taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk kesejahteraan semua makhluk.
3. Prasasti Kota Kapur
Lokasi penemuan di Pulau Bangka. Prasasti ini berisi tentang seruan kepada dewata yang melindungi Sriwijaya, kemudian diikuti dengan ancaman kepada para pemberontak, termasuk yang berbicara, bersekongkol, mendengarkan, dan mengenal pemberontak.
4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa dan berangka tahun 686 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Jambi, dan memberikan informasi tentang ekspansi kekuasaan Sriwijaya di wilayah tersebut.
5. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di daerah Telaga Batu, di sekitar Palembang, Sumatra Selatan. Prasasti ini berisi teks yang merupakan sumpah kesetiaan yang harus diucapkan oleh para pejabat kerajaan, dari pejabat tinggi hingga pejabat rendah, termasuk para perwira militer, pemungut pajak, dan berbagai pejabat administrasi lainnya.
6. Prasasti Ligor
Prasasti ini ditemukan di Nakhon Si Thammarat (dahulu dikenal sebagai Ligor) di Thailand selatan. Prasasti ini berupa pahatan yang ditulis pada dua sisi batu prasasti, di mana bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa; sedangkan bagian lainnya disebut prasasti Ligor B, yang beraksara Kawi dan berangka tahun 775.
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.
Sedangkan dari manuskrip Ligor B, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa.
Sumber Catatan Luar Negeri
1. Berita Cina
Berita Cina berasal dari catatan I-Tsing seorang pendeta Buddha. Ia berangkat dari Kanton menuju India pada tahun 671 Masehi. Dalam perjalanannya itu ia singgah di Sriwijaya dan tinggal sementara selama 4 bulan untuk belajar bahasa Sansekerta.
Dari catatan I-Tsing digambarkan Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha hal ini karena pendeta-pendeta dari beberapa negara lain, datang ke Sriwijaya untuk belajar agama Buddha.
2. Berita Arab dan India
Pedagang dan penjelajah dari Arab dan India mencatat keberadaan dan kekayaan Sriwijaya, menunjukkan hubungan perdagangan yang luas. Para pedagang Arab menyebut Sriwijaya sebagai Zabag atau Zabay, yang mencerminkan transliterasi dari nama lokal atau adaptasi fonetik dari nama asli kerajaan tersebut.
Nama ini kemungkinan besar merupakan variasi dari nama "Sriwijaya" itu sendiri, yang diadaptasi ke dalam bahasa Arab dengan pengaruh fonetik dan ejaan yang berbeda.
Al-Masudi: Seorang sejarawan dan geografer Arab dari abad ke-10, Al-Masudi, menyebut Zabag dalam karyanya "Muruj adh-Dhahab wa Ma'adin al-Jawahir" (Padang Emas dan Tambang Permata). Dia menggambarkan Zabag sebagai sebuah kerajaan yang kaya dan makmur di wilayah timur.
Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Pada abad ke 11, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Terlebih setelah mendapat serangan dari kerajaan Cholamandala dari India Selatan. Eksistensi kerajaan Sriwijaya terus memudar seiring munculnya kerajaan besar di tanah Jawa seperti Kediri apalagi setelah Majapahit berdiri.
Penutup
Kerajaan Sriwijaya tidak hanya memainkan peran penting dalam perdagangan dan politik, tetapi juga dalam penyebaran agama dan budaya di Asia Tenggara. Keberadaan berbagai peninggalan arkeologis dan catatan sejarah menunjukkan kekayaan budaya dan spiritual yang dimiliki oleh kerajaan ini.***
Posting Komentar untuk "Sejarah Kerajaan Sriwijaya"