Jejak sejarah dapat ditemukan dalam folklore, mitos, legenda, dongeng, upacara dan nyanyian rakyat.
1. Folklore
Kata folklor berasal dari bahasa Inggris folklore yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes seorang folklorist dari Amerika Serikat, kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya.
Folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat
Sementara Jan Harold Brunvand, seorang ahli folklor masih dari Amerika Serikat membagi folklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.
Folklore Lisan
Folklor lisan adalah sebuah tradisi yang disampaikan seutuhnya melalui lisan dari generasi ke generasi selanjutnya. Folklor lisan sering disebut juga dengan istilah tradisi lisan.
Folklore lisan meliputi:
1) bahasa rakyat (seperti dialek, slang, bahasa tabu, onomasi)
2) ungkapan tradisional (seperti peribahasa dan sindiran).
3) pertanyaan tradisional yang dikenal dengan tekateki.
4) sajak dan puisi rakyat (seperti pantun dan syair).
5) cerita prosa rakyat menurut William R. Bascom meliputi mite, legenda dan dongeng.
6) nyayian rakyat, seperti jali-jali dari Betawi, Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan dan lainnya.
Folklore Sebagian/Setengah Lisan
Folklor setengah lisan merupakan jenis folklor yang bentuknya tidak hanya didukung oleh kekuatan lisan, tetapi juga didukung oleh perilaku fisik. Folklor ini disebut juga sebagai folklor fakta sosial.
Folklore setengah lisan meliputi:
1) kepercayaan dan takhayul
2) permainan dan hiburan rakyat setempat
3) teater rakyat, (seperti lenong, ketoprak, dan ludruk)
4) tari rakyat, (seperti tari Tayuban, Doger, Jaran, Kepang, dan Ngibing)
5) adat kebiasaan, (seperti gotong royong dalam pembuatan jalan atau rumah, pesta selamatan, dan khitanan).
6) upacara tradisional, (seperti tingkeban, trurun tanah, dan temu manten), pesta rakyat tradisional (seperti bersih desa sesudah panen dan selamatan).
Folkore Bukan Lisan
Folklor bukan lisan diartikan sebagai folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Bentuk dari jenis folklor ini secara garis besar ada dua yakni material dan bukan material.
Selain itu folklore bukan lisan juga dikenal sebagai artefak (artifact). Folkore ini meliputi:
1) arsitektur bangunan rumah yang tradisional, (seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Honay di Papua).
2) seni kerajinan tangan tradisional
3) pakaian tradisional
4) obat-obatan rakyat
5) alat-alat musik tradisional
6) peralatan dan senjata yang khas tradisional
7) makanan dan minuman khas daerah.
2. Mitos
Mitos atau mite merupakan cerita prosa rakyat dimana tokoh-tokohnya adalah para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi didunia lain atau kahyangan pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya.
Contoh mitos seperti kisah Dewi Sri atau Dewi Padi pada kalangan orang Jawa.
3. Legenda
Legenda berasal dari bahasa Latin, yaitu “Legere” yang artinya cerita rakyat. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi. Sehingga legenda sering dipandang sebagai sejarah kolektif dalam kehidupan masyarakat dan umumnya dikaitkan dengan suatu peristiwa sejarah tertentu, seperti asal-usul tempat, nama daerah, atau hal-hal yang berkaitan dengan alam dan lingkungan sekitar.
Karena tidak tertulis, kisah tersebut mengalami distorsi, sehingga jauh berbeda dengan cerita aslinya.
Jan Harold Brunvand seorang penulis cerita rakyat dari Amerika menggolongkan legenda menjadi empat kelompok, yaitu:
1). Legenda Keagamaan
Legenda keagamaan adalah legenda yang ceritanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan yang dianggap benar-benar terjadi, misalnya legenda tentang para penyebar Islam di Jawa yang disebut walisongo. Mereka adalah manusia biasa, tokoh yang memang benar-benar ada, namun dalam uraian ceritanya ditampilkan sebagai figur-figur yang memiliki kesaktian.
2). Legenda Alam Ghaib
Legenda alam ghaib adalah legenda yang berfungsi untuk meneguhkan kebenaran "takhayul" atau kepercayaan rakyat. Biasanya legenda alam ghaib merupakan cerita-cerita pengalaman seseorang dengan makhluk-makhluk gaib, hantu-hantu, siluman, gejala-gejala alam gaib dan sebagainya yang dianggap benar-benar terjadi.
Contoh legenda alam gaib seperti kepercayaan terhadap hantu, genderuwo, sundel bolong.
3). Legenda Perseorangan
Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap benar-benar terjadi. Di Indonesia, legenda jenis ini banyak sekali, contohnya Sabai nan Aluih, dan Si Pahit Lidah dari Sumatra, Si Pitung dan Nyai Dasima dari Jakarta dan sebagainya.
4). Legenda Setempat
Legenda setempat merupakan legenda yang berhubungan dengan tempat terjadinya gunung, bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya, legenda terjadinya Danau Toba di Sumatera, Sangkuriang di Jawa Barat, Rara Jonggrang di Yogyakarta dan sebagainya.
4. Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat berasal dari tradisi lisan sekelompok masyarakat. Dongeng merupakan cerita prosa rakyat yang tidak dipercayai kebenarannya atau tidak dianggap benar-benar terjadi. Masyarakat memfungsikan dongeng sebagai alat hiburan. Namun banyak juga yang bermakna didaktis, politis dan sindiran.
Contoh dongeng seperti "bawang putih dan bawang merah".
5. Upacara-Upacara Adat
Usaha manusia untuk mencari hubungan dengan sang pencipta, para dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib dengan cara melakukan suatu ritual yang disebut dengan upacara tertentu.
Upacara ini dimaksudkan untuk memperoleh kebaikan dari dewa atau menghindari kemurkaan dari dewa yang biasanya diwujudkan dari malapetaka seperti bencana alam.
Sebagai contoh upacara Larung Samudro yang diselenggarakan tiap tanggal 1 Suro merupakan ritual atau upacara adat yang dipercaya untuk menghindarkan dari kemurkaan Ratu Pantai Selatan.
Demikianlah jejak sejarah dalam folklore, mitos, legenda, dongeng, dan upacara di berbagai daerah di Indonesia. ***
0 Komentar