zmedia

Indonesia dalam Perang Dingin; Latar Belakang, Ciri Khusus, Peran Indonesia dan Akhir Perang Dingin

Perang Dingin atau disebut juga dengan Cold War merupakan istilah untuk menggambarkan ketegangan yang terjadi antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan ideologi liberal-kapitalis dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dengan ideologi Sosialis-Komunisnya.

Perang Dingin terjadi antara tahun 1947 sampai tahun 1991. Istilah Perang Dingin diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan kondisi ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet merebutkan sebagai negara Adi Kuasa.
Gambar Ilustrasi Perang Dingin

Perang Dingin juga disebut dengan Perang Urat Saraf, karena tidak terjadi aksi agresi militer secara langsung ke sebuah negara. Negara-negara kecil yang menjadi lahan perang atau dikenal dengan proxy war dimana perang di suatu negara dibalik layarnya adalah kekuatan negara besar.

Bagaimana Perang Dingin bisa terjadi? Kita simak ulasan berikut ini.

Latar Belakang Perang Dingin
1. Penyebaran Ideologi dan Perbedaan Paham
Penyebab utama dalam Perang Dingin ialah penyebaran ideologi dan perbedaan paham antara dua negara Adi Kuasa yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pertentangan ideologi antara negara tersebut memiliki sistem nilai yang berbeda.

Setelah Perang Dunia Ke II banya negara mengalami krisis. Negara Amerika Serikat dan Uni Soviet tampil menjadi negara Adi Kuasa dengan ideologi yang berbeda. Kedua negara adi kuasa itu kemudian berlomba menyebarkan ideologinya masing-masing ke negara-negara yang mengalami krisis tersebut.

Amerika Serikat dengan ideologi liberal-kapitalis yang berarti memberikan kebebasan individu dalam berbagai bidang, seperti bidang politik, ekonomi, kebudayaan dan agama.

Sedangkan Uni Soviet dengan ideologi sosialis-komunis yang berarti membatasi peran individu dan memberi kekuasaan yang sangat mutlak pada negara untuk mengelola sumber-sumber ekonomi.

2. Persaingan Kekuasaan
Faktor penyebab munculnya perang dingin lainnya ialah adanya saling berlomba untuk memposisikan diri sebagai negara penguasa dunia. Keinginan untuk menjadi penguasa dunia kedua negara tersebut tampil sebagai negara kreditur dalam membantu negara-negara yang sedang berkembang.

Amerika Serikat banyak membantu ekonomi negara-negara yang berkembang dengan tujuan untuk menjadikan negara berkembang tersebut sebagai tempat untuk pemasaran hasil produk negerinya. Selain itu untuk menjauhkan masuknya pengaruh sosialis-komunis.

Contoh kebijakan Amerika Serikat yang laksanakan adalah Doktrin Truman pada tahun 1947. Doktrin Truman ialah kebijakan yang diterapkan oleh Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden Harry S. truman yang isinya ialah meberikan bantuan politik, militer, dan ekonomi kepada semua negara demokratif yang berada di bawah ancaman kekuatan otoriter eksternal atau internal.

Negara yang mendapat bantuan dari Amerika Serikat pada kebijakan Doktrin Truman dengan tujuan agar negara tersebut tidak masuk ke haluan sosialis-komunis seperti Yunani dan Turki.

Baca Juga

Sementara pihak Uni Soviet juga mengembangkan cara untuk mengimbangi dominasi Amerika Serikat. Salah satu caranya ialah memberikan bantuan perjuangan bagi negara berkembang seperti bantuan senjata dan tenaga ahli. 

Contohnya bantuan bagi negara Vietnam, Kuba dan Korea Utara. Tujuannya adalah untuk memengaruhi negara-negera tersebut agar berhaluan sosialis-komunis.

3. Persaingan Militer dan Pertahanan
Persaingan ideologi antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat semakin melebar kearah persaingan militer dan pertahanan, terjadi perlombaan dalam membuat persenjataan untuk menunjukkan kekuatan masing-masing negara. Perlombaan yang tampak pada persaingan militer dan pertahanan ialah pengembangan senjata nuklir. 

Selain pengembangan senjata nuklir, kedua negara adi kuasa itu mengembangkan peralatan militer seperti kapal induk militer, teknologi kapal selam, tank militer, pesawat tempur dan berbagai macam persenjataan militer lainnya.

Perlombaan persenjataan militer dan pertahanan kemudian meluas kepada politik aliansi militer yang merupakan ciri khusus dari perang Dingin ini.

Ciri Khusus Perang Dingin
Perang Dingin memiliki ciri khusus jika dibanding dengan perang lainnya. Berikut ini ciri khusus Perang Dingin:

1. Sistem Aliansi Militer
Salah satu ciri khusus Perang Dingin ialah munculnya sistem aliansi militer. Sistem Aliansi militer didasarkan persamaan ideologi. Berikut sistem aliansi militer baik oleh blok Barat maupun Blok Timur:
  • NATO (North Atlantic Treaty Organization). NATO dibentuk pada tanggal 4 April 1949. Beberapa negara anggotanya seperti Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Kanada, Denmark, Norwegia, Portugal, dan Prancis. Tujuan dibentuk NATO untuk membendung pengaruh Sosialis-Komunis di sebagian wilayah Eropa dan daerah lainnya.
  • SEATO (Southeast Asia Treaty Organization). SEATO dibentuk pada tahun 1954, merupakan organisasi kerjasama pertahanan antara negara-negara dikawasan Asia Tenggara dengan Amerika Serikat. Negara anggota SEATO seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Perancis, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, dan Thailand.
  • ANZUS (Australia, New Zealand, and United States). ANZUS merupakan pakta pertahanan militer bersama negara Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1951.
  • Pakta Warsawa merupakan organisasi kerjasama pertahanan militer bagi negara-negara yang tergabung dalam blok sosialis dan komunis. Tujuan Pakta Warsawa untuk mengorganisasikan diri terhadap kemungkinan ancaman dari aliansi NATO (yang dibentuk pada 1949). Pakta Warsawa dirancang oleh Nikita Krushchev pada tahun tanggal 14 Mei 1955 di Warsawa.
  • Cominform (The Communist Information Bureau). Kominform adalah organisasi partai-partai komunis yang dibentuk pada bulan September 1947 dalam sebuah konferensi para pemimpin partai komunis di Szklarska PorÄ™ba, Polandia. Biro yang didominasi oleh Uni Soviet ini awalnya bermarkas di Beograd, Yugoslavia, tetapi dipindahkan ke Bukares, Rumania, setelah pencabutan keanggotaan Partai Komunis Yugoslavia akibat Titoisme pada bulan Juni 1948.
2. Perebutan Hegemoni atau Kekuasaan
Adanya politik aliansi militer menyebabkan kedua blok saling memperebutkan hegemoni atau kekuasaan di beberapa wilayah didunia seperti di kawasan Asia Timur dimana berdasarkan perjanjian Yalta semenanjung Korea dibagi menjadi dua yaitu utara dibawah kekuasaan Uni Soviet dan diwilayah Selatan dibawah dominasi Amerika Serikat.

Dikawasan Asia Tenggara, Amerika Serikat turut membantu Prancis dalam Perang Vietnam. Sementara Vietnam dibantu oleh Uni Soviet dan Cina.

Dikawasan  Amerika Latin tepatnya di Kuba. Presiden Kuba, Fidel Castro mendirikan negara komunis. Hal ini menyulut reaksi keras dari Amerika Serikat. Kondisi sangat tegang dalam peristiwa di Teluk Babi.

3. Perlombaan Teknologi
Ketegangan dua negara adi daya itu tampak pula pada perlombaan teknologi persenjataan maupun antariksa. Kondisi ini disebut dengan politik Balance of Power yaitu perimbangan kekuatan oleh suatu negara untuk dapat mengimbangi kekuatan negara lain.

Perlombaan teknologi tampak pada berbagai bidang:
  • Perlombaan Tekonologi Persenjataan Nuklir
  • Perlombaan Tekonologi Antariksa
  • Perlombaan Tekonologi Komunikasi dan Informasi
4. Kegiatan Spionasi / Kegiatan Mata-Mata
Kegiatan spionase merupakan kegiatan mata-mata yang tercermin dalam berbagai organisasi rahasia yang dibentuk oleh Amerika Serikat maupun Uni Soviet.

KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) merupakan organisasi spionase dinas intelijen milik Uni Soviet yang bertugas untuk memperoleh informasi rahasia yang penting. Sedangkan Amerika Serikat membentuk CIA (Central Intelligence Agency).

Peran Indonesia dalam Perang Dingin
Perang Dingin yang merupakan residu dari Perang Dunia Ke II tahun 1945 menjadikan dunia mengalami ketegangan dengan tampilnya dua kekuatan besar yang saling bertentangan. Perang Dingin membawa dampak pada arus perpolitikan diseluruh dunia. Banyak negara-negara kecil menjadi proxy war atas kepetingan negara-negara adi kuasa. Tidak terkecuali di kawasan Asia Tenggara.

Kedua negara adi kuasa itu tidak terlibat langsung dalam head to head di medan perang, mereka menjadi penyokong terhadap negara-negara yang terlibat konflik.

Konstitusi negara Indonesia yang ikut menjaga ketertiban dunia tampil menjadi pelopor dalam meredakan ketangan dunia akibat Perang Dingin. Lahirlah gerakan yang tidak memihak baik blok Barat maupun blok Timur. Gerakan ini dinamakan dengan GNB (Gerakan Non Blok).

Indonesia dengan 5 negara lainnya berperan peting dalam mendirikan Gerakan Non Blok. Gerakan Non Blok resmi didirikan pada tahun 1961 oleh pemimpin negara di Asia Afrika. Selain berperan dalam Gerakan Non Blok pemerintah Indonesia turut ambil peran penting malalui Forum ASEAN, yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand yang digagas oleh 5 menteri luar negeri negara-negara di Asia Tenggara.

Akhir Perang Dingin
Berakhirnya Perang Dingin telah mengakhiri sistem kekuasaan bipolar menjadi multipolar atau lebih mengedepankan persaingan ekonomi daripada persaingan militer. 

Berakhirnya Perang Dingin juga memengaruhi hubungan internasional yang sebelumnya lebih fokus pada politik dan keamanan berubah pada ekonomi, lingkungan, isu HAM, serta terorisme.

Perang Dingin berlangsung kurang lebih selama 45 tahun yang melibatkan Amerika Serikat bersama sekutunya dengan Uni Soviet bersama sekutu Blok Timurnya. Kedua belah pihak kemudian mengurangi ketegangan yang disebut dengan program Detente.

Program Detente sendiri adalah aktivitas non-kooperatif yang diambil dalam bidang politik dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan diantara dua kubu yang berseteru dalam hal ini adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Program Detente didasari oleh ide peaceful coexistence yang berarti hidup berdampingan secara damai.

Penurunan ketegangan ditunjukkan pada kunjungan Henry Kissinger, Menlu Amerika Serikat ke Peking pada tahun 1971. Kemudian presiden Ameirka Serikat, Nixon yang mengadakan kunjungan ke negara-negara komunis seperti RRC dan ke kota Moskwa.

Kesadaran Amerika Serikat dengan Uni Soviet untuk mengurangi ketegangan tampak pada perundingan SALT (Strategic Arms Limitation Talks) I pada tahun 1972 dan SALT II tahun 1979.

Perjanjian SALT memiliki tujuan untuk mengurangi perang nuklir, mengurangi anggaran pertahanan dan mencegah perlombaan senjata. Selain itu kedua negara mengadakan START (Strategic Arms Reduction Treaty) dengan tujuan mengurangi senjata-senjata mutakhir buatan Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Mengurangi ketegangan Perang Dingin juga dilakukan oleh pihak ketiga, seperti Gerakan Non Blok dan lainnya. 

Berakhirnya Perang Dingin ditandai dengan peristiwa bubarnya negara Uni Soviet dan reunifikasi Jerman. ***

Posting Komentar untuk "Indonesia dalam Perang Dingin; Latar Belakang, Ciri Khusus, Peran Indonesia dan Akhir Perang Dingin"