Bangsa Jepang dalam melakukan pendudukan di Indonesia juga membentuk organisasi bersifat semi militer. Tentu saja tujuan gerakan ini adalah untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Berikut beberapa organisasi semi militer:
1. Keibodan
Keibodan adalah organisasi bentukan Jepang yang juga disebut Barisan Pembantu Polisi. Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bersama dengan Seinendan yang dipimpin oleh Gunseikan.
Tujuan pembentukan Keibodan adalah untuk membantu polisi Jepang pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu, motif yang diusung adalah memberikan pelatihan semi militer kepada para pemuda Indonesia untuk membela tanah air dari gangguan musuh. Tapi, di balik itu semua terselip niat Jepang untuk memiliki cadangan pasukan saat perang melawan sekutu.
Syarat masuk menjadi Keibodan ialah para pemuda Indonesia yang usianya mencapai 25 tahun hingga 35 tahun. Dengan ketentuan utama masuk Keibodan ialah berbadan sehat dan berkelakuan baik. Pada saat itu pemuda Indonesia yang tergabung dengan Keibodan diperkirakan mencapai satu juta orang.
2. Seinendan
Seinendan ialah organisasi yang diisi para pemuda Indonesia dengan kisaran usia 14 tahun hingga 22 tahun. Tujuan dari organisasi seinendan ini adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, bagi Jepang Seinendan sebagai persiapan pemuda Indonesia untuk membantu militer Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu. Organisasi ini di bawah kepemimpinan Gunseikan.
Pada awalnya anggota Seinendan berjumlah 3.500 orang dari Pulau Jawa. Namun, sampai masa pendudukan Jepang berakhir, jumlah anggota Seinendan tercatat kurang lebih 500.000 orang pemuda yang menjadi bagian dari Seinendan.
3. Fujinkai
Fujinkai ialah organisasi bentukan Jepang khusus bagi para wanita atau disebut dengan perkumpulan wanita. Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus tahun 1943. Usia anggota Fujinkai ialah 25 tahun ke atas.
Organisasi Fujinkai pada mulanya dibentuk dengan tujuan melakukan tugas-tugas sosial seperti pemberantasan buta huruf, membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan, menggalakkan berkebun. Dalam perkembangannya Fujinkai mendapat pelatihan militer sederhana dan menjadi pasukan srikandi.
Setelah kemerdekaan, Fujinkai dibubarkan dan melalui kongres pada tanggal 16 Desember 1945, mantan anggota Fujinkai kemudian bergabung menjadi Persatuan Wanita Indonesia.
4. Suisyintai (Barisan Pelopor)
Suisyintai atau Barisan Pelopor adalah sayap pemuda dari Jawa Hokokai yang dibentuk pada bulan Agustus 1944 oleh Ir. Soekarno. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno, Sudiro, Dr. Moewardi, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Boentaran Martoatmodjo.
Seragam Barisan Pelopor tidak mengenakan seragam khusus seperti sebuah pasukan, hanya menggunakan sebuah lencana berbentuk kepala banteng di dalam lingkaran yang dipasang pada baju bagian dada sebelah kiri.
Diperkirakan organisasi ini kurang lebih berjumlah 60.000 orang pemuda pada akhir tahun 1945.
5. Jibakutai (Barisan Berani Mati)
Ketika Jepang mulai terdesak dalam Perang Asia Timur Raya. Jepang membentuk satu pasukan dengan strategi bunuh diri yang terinspirasi dari pilot Kamikaze yang sanggup mengorbankan nyawanya dengan jalan menambarakan pesawatnya kepada kapal perang musuh.
Jibakutai dibentuk di Indonesia pada tanggal 8 Desember 1944 bertepatan dengan peringatan tiga tahun Perang Asia Timur Raya. Pelatihan Jibakutai diadakan di Cibarusa, Kabupaten Bogor selama dua bulan yang diawasi langsung oleh Kapten Yanagawa. Jumlah anggota Jibakutai diperkirakan mencapai 50.000 orang.
Setelah kemerdekaan Jibakutai mengubah nama organisasinya menjadi Barisan Berani Mati. Aksi heroik barisan ini ditunjukkan pada saat perang melawan Sekutu di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Banyak jenis kendaraan perang berlapis baja seperti brencarrier, panser dan tank meledak karena ulah pasukan ini.
Anggota Barisan Berani Mati beroperasi berdasarkan beberapa kelompok kecil. Masing-masing perwakilan kelompok menjinjing bom, kemudian di antara mereka menabrakkan diri ke kendaraan perang musuh untuk menghancurkan benteng-benteng pertahanan perang berjalan berjalan tersebut.
Tindakan pemberani ini terus dilakukan sampai hari ketiga perang. Keberanian itu membuat berbagai kalangan pejuang dan pihak musuh kagum. Tentara Inggris pun sampai terperanga dan menuduh Indonesia menggunakan jasa orang Jepang untuk melakukan serangan bom bunuh diri, karena pada saat itu hanya orang Jepang yang dianggap berani berbuat seperti itu.
Hal itu dilakukan sebagai pembuktian bahwa Barisan Berani Mati memiliki keberanian untuk membela tanah air, bukan hanya pasukan bangsa Jepang dengan Kamikazenya saja yang berani menabrakan pesawat terbang ke kapal perang Sekutu.
6. Kaikyo Seinen Teishintai (Hizbullah)
Hizbullah dibentuk pada tanggal 8 Desember 1944 oleh pemerintahan pendudukan Jepang dengan nama Kaikyō Seinen Teishintai. Hizbullah hanya beranggotakan pemuda beragama Islam.
Hizbullah didirikan untuk pasukan cadangan bagi Pembela Tanah Air (PETA) dengan anggota yang terdiri dari pemuda-pemuda muslim. Berbeda dengan PETA yang berada di bawah komando Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, komando Hizbullah terletak pada Partai Masyumi. Oleh karena itu, Hizbullah tidak ikut dibubarkan sebagaimana PETA ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada bulan Agustus 1945.
Tugas pokok Hizbullah sebagai berikut:
1. Sebagai tentara cadangan dengan tugas yaitu;
- Melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.
- Membantu tentra Dai Nipon.
- Menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.
- Menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk pentingan perang.
2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas yaitu;
- Menyiarkan agama Islam
- Memimpin umat Islam agar taat menjalakan agama.
- Membela agama dan umat Islam Indonesia.
7. Gakkukotai
Gakkukotai adalah resimen tentara pelajar bentukan tentara pendudukan Kekaisaran Jepang yang terdiri atas pelajar dari tingkatan usia sekolah menengah di negara-negara jajahan mereka, seperti Korea, China, Malaya, Burma, dan termasuk Indonesia.
Kekaisaran Jepang mewajibkan setiap sekolah menengah untuk membentuk gakkukotai. Setiap sekolah lanjutan menjadi Chutai (kompi). Kelas yang berada di dalamnya menjadi shotai (seksi). Setiap regu dalam kelas juga dibagi menjadi beberapa buta (regu atau kelompok).
Dalam melatih pelajar putra dan putri ada perbedaan. Pelajar putra lebih mendapatkan pelatihan yang berat, seperti pelatihan fisik, menembak, stategi, dan semua latihan dasar militer yang diperlukan untuk menciptakan serdadu yang hebat bagi Kekaisaran Jepang.
Sementara untuk pelatihan bagi pelajar putri lebih kepada pelatihan dasar militer yang ringan, seperti pelatihan menjadi medis, membuat dapur umum, dan penyantera komunikasi musuh.
Demikianlah organisasi semi militer bentukan Jepang pada saat pendudukan di Indonesia. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "7 Organisasi Semi Militer Masa Pendudukan Jepang"