Historiografi disebut juga dengan penulisan sejarah merupakan tahap akhir dari langkah-langkah penelitian sejarah. Historiografi adalah penulisan sejarah yang telah diinterpretasi oleh sejarawan.
Historiografi berasal dari bahasa latin yaitu historiographia. Historia berarti sejarah dan graphia berarti penulisan. Menurut Louis Gottschalk, definisi historiografi adalah bentuk publikasi, baik secara lisan atau tertulis tentang peristiwa atau kombinasi dari peristiwa masa lalu.
Fungsi Historiografi
Fungsi historiografi ada tiga yaitu:
1. Fungsi Genetis
Fungsi genetis adalah untuk mengekspresikan apa asal mula suatu peristiwa tersebut. Fungsi ini ditemukan dalam banyak tulisan sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu dan Prasasti Kutai.
2. Fungsi Didaktis
Fungsi didaktis adalah fungsi yang mengajarkan artinya dalam karya sejarah yang berisi banyak pelajaran, hikmah, dan teladan yang penting bagi pembaca mereka.
3. Fungsi Pragmatis
Fungsi yang terkait dengan upaya untuk melegitimasi kekuatan untuk membuatnya kuat dan berwibawa.
Jenis-Jenis Historiografi
Historiografi dapat dibagi menjadi tiga:
1. Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang dimulai zaman Hindu-Budha sampai masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia.
Historiografi tradisional memiliki erat kaitannya antara unsur-unsur sastra imajinatif dan mitologis sebagai visi kehidupan yang diceritakan sebagai deskripsi peristiwa masa lalu, sebagaimana tercermin dalam kronik atau hikayat.
Penulisan sejarah masa kerajaan tradisional berfungsi untuk merekam dan mewariskan kehidupan dinasti yang berkuasa kepada generasi berikutnya.
Ciri-ciri historiografi tradisional sebagai berikut:
- Bersifat Istana sentris karena berpusat pada keinginan dan kepentingan raja.
- Feodal aristokratis karena berfokus pada kehidupan kaum bangsawan feodal, bukan kehidupan rakyat jelata.
- Regio magis, yang berarti berhubungan dengan kepercayaan dan hal-hal supernatural.
- Tidak begitu membedakan antara hal-hal imajiner dan nyata.
- Subjektivitas tinggi karena penulis hanya mencatat peristiwa penting dikerajaan dan atas permintaan sang raja.
- Tujuannya untuk melegitimasi dan melanggengkan kekuasaan serta kedudukan raja.
- Raja atau kepala dianggap diberkahi dengan kekuatan gaib dan karisma.
- Penyusunannya banyak mengandung anakronisme (kesalahan urutan waktu)
Contoh historiografi tradisional adalah
- Kisah Raja-Raja Pasai
- Babad Tanah Jawi
- Babad Tanah Pasundan
- Babad Parahiangan
- Babad Raton
- Nagarakertagama
- Babad Galuh
- Babad Sriwijaya
- Babad Cirebon (Karya dari Kerajaan Islam Cirebon)
- Babad Banten (karya dari Kerajaan Islam Banten)
- Babad Dipenogoro (karya yang menceritakan kehidupan Pangeran Diponegoro
- Babad Demak (Surat dari Kerajaan Islam Demak)
2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial adalah penulisan sejarah yang membahas masalah pendudukan Belanda di Indonesia. Karya-karya tulisan sejarah bercirikan khas Eropa sentris atau Belanda sentris. Fokus utamanya ialah kehidupan warga Belanda di Indonesia.
Historiografi kolonial menggambarkan atau memperluas kegiatan bangsa Belanda, pemerintah kolonial, kegiatan karyawan perusahaan (orang kulit putih), rincian kegiatan gubernur jenderal dalam pelaksanaan tugas mereka di koloni, khususnya di Indonesia. Kegiatan orang-orang Indonesia pada masa kolonial Belanda sepenuhnya diabaikan.
Ciri-ciri historiografi kolonial adalah sebagai berikut:
- Sejarah Belanda di Hindia Timur (Indonesia)
- Bersifat diskriminatif
- Berpusat di Eropa dan di Belanda
- Asumsikan bahwa India Timur tidak memiliki sejarah sebelum kedatangan orang Eropa / Belanda.
Contoh historiografi kolonial seperti:
- Geschiedenis Van Nederlandsch Indie (1939) karya F. W. Stapel
- De Atjeher (1893) karya Snouck Hurgonje.
- Geschiedenis van Indonesie (Sejarah Indonesia) oleh H.J. de Graaf
- Geschiedenis van de Indian Archipelago (History of Nusantara) oleh B.H.M. Vlekke
- Sejarah Jawa (1817) oleh Thomas S. Raffles (periode kolonial Inggris).
- Schets eener sejarah ekonomi van Neterlands-Indie (sejarah ekonomi Hindia Belanda) oleh G. Gonggrijp
3. Historiografi Nasional
Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan pada tahun 1945, telah ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia. Tulisan-tulisan sejarah yang dapat mempersatukan dan membangkitkan rasa nasionalisme bangsa. Perkembangannya makin banyak tulisan sejarah yang bersifat Indonesia sentris.
Penulisan sejarah dengan ciri Indonesia sentris kemudian disebut dengan historiografi nasional. Menurut Sartono Kartodirdjo fokus utama dari historiografi nasional ialah menempatkan rakyat Indonesia sebagai pelaku dan pemeran utama dari sejarahnya sendiri.
Ciri-Ciri Historiografi Nasional adalah:
- Hasil dari penulisan ini adalah perbandingan antara sumber-sumber kolonial dan lokal.
- Penulis adalah ilmuwan / kritikus di bidang bahasa, sastra, dan arkeologi.
- Tidak hanya dengan meningkatkan sejarah orang-orang hebat dan negara, tetapi juga lebih banyak tentang kemanusiaan, yaitu budaya.
- Perspektif yang digunakan ketika melihat suatu peristiwa tidak lagi di satu sisi, tetapi melihat suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya subjektivitas dalam sejarah penulisan.
Contoh historiografi Nasional seperti:
- Sejarah Nasional Indonesia, Volume I hingga VI, diterbitkan oleh Sartono Kartodirdjo.
- Peran bangsa Indonesia dalam sejarah Asia Tenggara oleh R. Moh. Ali.
- Semua tentang Perang Kemerdekaan Indonesia, Volume I hingga XI, oleh A.H. Nasution.
- Sejarah perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme, penerbit Sartono Kartodirdjo.
- Sejarah Tan Malaka, Dari penjara ke penjara.
Historiografi modern adalah penulisan sejarah Indonesia yang kritis atau sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah. Banyak tulisan suci disalahtafsirkan dengan mendefinisikan historiografi modern sebagai penulisan sejarah Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia.
Faktanya, sebelum kemerdekaan Indonesia, kami telah menusuk karya sejarah kami sendiri yaitu historiografi modern. Misalnya Cristiche Beschouwing van de Sadjarah Banten (revisi kritis cerita Banten), karya Dr. Hoesein Djajadiningrat (1886-1960).
Historiografi Indonesia modern dapat diartikan sebagai sejarah Indonesia yang lebih modern daripada historiografi Indonesia sebelumnya, terutama historiografi tradisional, historiografi masa kolonial atau masa reformasi.
Historiografi modern memiliki tujuan untuk membangun nasionalisme sehingga kita mempelajari sejarah dengan harapan mampu memahami berbagai peristiwa secara leibh baik.
Ciri utama historiografi modern adalah sebagai berikut:
- Menggunakan metode yang kritis
- Menggunakan pendekatan multi-dimensi
- Menunjukkan dinamika masyarakat.
Contoh historiografi modern seperti Pemberontakan Petani di Banten Tahun 1888 karya Sartono Kartodirdjo. ***
0 Komentar